Minggu, 25 Maret 2012

Sambutan Ketua Sinode Pada Perayaan 50 Tahun Gereja Kingmi Papua

Yth Bapak Gubernur Provinsi Papua dan Papua Barat,
Bapak Ketua DPRP, Ketua MRP yang muliakan,
Pimpinan Gereja Sahabat dan Pimpinan Agama yang kami kasihi
Bapak Kapolda Papua dan Panglima Kodam yang berkenan menghadiri memenuhi undangan
Serta Para Koordinator /Badan Pengurus Klasis/Jemaat. Ketua2 Sekolah Teologi serta warga jemaat di lingkungan Gereja Kingmi di Tanah Papua
Yang saya kasihi

1.Gereja Kingmi Sejak Lahir 6 April 1962
Dalam kesempatan yang berbahagia ini, ijinkan saya mengajak sdr untuk melihat ke belakang pada pertemuan utusan injil CMA dan para perintis Gereja KIngmi pada tanggal 6 April 1961 di Beoga, Kabupaten Puncak (setelah Badan Misi CAMA ini berkarya di Pegunungan Tengah lebih dari 20 tahun). Hari itu, dalam suasana ketidak pastian masa depan Papua, lantaran ketegangan antara Belanda dan Indonesia terkait status politik, Badan Penyiaran Injil CAMA dan para pemimpin Gereja kita di Beoga, (Kab Puncak) dalam rapat tsb memutuskan membentuk Gereja Kingmi Irian Barat (Papua). Tahun berikutnya: pada tanggal 6 April 1962, dalam KOnferensi perdana Gereja tsb Badan Pengurus Sinode Kingmi Irian Barat (Papua) diangkat dan dilantik. Sejak itu para pelayan Gereja ini bekerja melaksanaan amanat Kristus dalam suasana (a) ketegangan politik, (b) hambatan jarak geograifs yang berat, dan (c) tanpa sumber dana dan (d) kekerasan. Mereka: baik pendeta dan penginjil maupun awam (para tukang, mantra dan Guru-guru Sekolah Dasar) telah melaksanakan tugas penyiaran injil tanpa mengenal jerih lelah. Kita mengenang pengorbanan mereka dalam perayaan ini. Kerja mereka telah membuat Gereja Kingmi Papua hari ini yang beranggotakan 500.000 lebih, 72 Klasis dan sejumlah Sekolah Teologi, dan jemaat-jemaat-jemaat yang tersebar di Tanah Papua, di dua Provinsi, semua Kabupaten dan kota dan semua suku/etnis di Tanah Papua. Ini adalah buah dari karya mereka.

2.Apa yang kita Sedang Alami (Kenyataan Sosial) Dewasa ini Dan Impian Jaman Bahagia

1.1.Hari ini, saat kita (Gereja kita dengan latar belakang seperti itu) merayakan 50 tahun Gereja Kingmi Berkarya di Tanah Papua, umat kita masih belum berpindah tempat. Mereka masih terus menemukan dirinya dalam dunia penuh kegelapan kekerasan yang terus terkesan dibiarkan. Simak kasus-kasus terakhir (a) umat kita di Puncak Papua yang telah saling menyerang sehingga lebih dari 50 orang telah tewas semuanya lantaran rekomendasi pencalonan yang diberikan 1 Partai kepada 2 orang kandidat di Kabupaten itu. (b) kejadian serupa di Puncak Papua menyebabkan ratusan warga Tolikara mengungsi ke daerah di sekitarnya lantaran konflik kepentingan dua partai politik. (c) Sementara operasi keamanan yang diadakan oleh TNI POLRI di Paniai yang menyebabkan 50 lebih warga meninggal dunia di pengungsian, dan satu jemaat di tutup. Ini dilakukan dalam suasana (d) pelayanan dalam bidang kesehatan dan pendidikan orang asli Papua tidak menunjukkan perbaikan. (e) Sambil merancang kebijakan seperti UP4B atau pemekaran Provinsi/Kabupaten kota yang dirancang secara sepihak oleh pemerintah tanpa memberi perhatian terhadap masa depan orang asli Papua.

2.2.KOndisi di atas menyuburkan terjadinya: (a) kekerasan dalam rumah tangga, perceraian dan meningkatnya anak-anak jalanan, meningkatnya jumlah angkatan kerja pengganggur di kota yang pada gilirannya membuahkan kekerasan lain yang amat meresahkan. (b)Di Tengah ke adaan ini warga jemaat kita di daerah pedalaman: sedang saling membunuh lantaran saling menuduh sebagai tukang sihir. (c) Jumlah anak-anak jalanan terus bertambah. Orang tua yang dililit persoalan rumah tangga tadi (butir a) tidak memenuhi kebutuhan dasar: makan minum, rumah tempat tinggal, keamanan dan kenyamanan, kebutuhan akan harapan masa depan. © Persoalan lain yang menghadang umat Kingmi di Tanah Papua ialah diskriminasi yang dilakukan banyak pihak. Dari sisi agama/ Badan Misi asing ialah: MAF dan Heli Mission (Badan jasa penerbangan Asing atas nama Kekeristenan) mendiskriminasi warga jemaat kami, dengan memaksa turun penumpang warga jemaat/pimpinan Gereja kami sudah siap diberangkatkan; atau pemerintah sipil maupun militer/keamanan yang menghalangi promosi jabatan atau menolak menerima lamaran pekerjaan hanya karena mereka memilih menjadi anggota Gereja KIngmi. (d) semua perkembangan ini menyuburkan proses marginalisasi orang asli Papua dalam segala bidang; yang kami melihatnya sebagai siasat menggiring orang asli Papua ke jalan tol menuju ke punahan.

2.3.Walaupun hidup dalam dunia penuh kekerasan tiada akhir itu, warga jemaat kita tidak tinggal diam. Mereka aktif memperjuangkan impian masa depannya yang diperdalam oleh kekerasan tadi. (a) Sebagian terlibat dalam gerakan politik (b) sebagian lagi mengambil bagian dalam gerakan-gerakan keagamaan baru yang berpijak kepada tema-tema agama Melanesia seperti: koreri (Biak Numfor) Hai (Damal AMungme ). (c) dan sebagian lagi menunggu keselamatan turun dari lagi sehingga terlibat dalam ibadah doa puasa, KKR, dll, dll. (d) sebagian dari pimpinan dan umat di lingkungan Gereja kita, rajin-rajin pergi ke Israel cenderung ikut ajaran dan paham-paham Gereja lain dan berupaya memasukkan ajaran sabat lain ke dalam Gereja kita.
Ini semua mereka lakukan menyikapi budaya kekerasan yang dibangun para pihak yang pada gilirannya melahirkan penderitaan social umat yang amat memprihatinkan.

3. Di sana Gereja Kita Berdiri. Tidak di Tempat Lain
Bagaimana kita, Gereja Kingmi yang merayakan 50 tahun Gereja Kingmi berkarya di tanah ini,pada hari ini memaknai keadaan ini sebagai Gereja yang beriman kepada Kristus? Bagaimana kita mengelola iman kita kepada Kristus dalam suasana kita yang demikian.

(3.1). Mata Tuhan ada di atas kita. (2Tawarikh 16:9, Mazmur 33:18; Amsal 15:3). Jawabannya itu. Tuhan melihat apa yang sedang dijalani umat kita.

3.2. di bawah sorotan mata Tuhan Allah kita, kami Badang Pengurus Sinode Kingmi Papua yang ditempatkan di Tanah ini (dalam suasana itu) memohon ampun kepada Tuhan atas kelalaian kami. Sebagai Gereja Tuhan yang hidup dan berkarya di tengah dunia penuh ketegangan seperti itu, kami memohon ampun kepada Tuhan atas pewartaan kami yang tidak mendarat dan tidak menyentuh pergumulan hidup keseharian umat; kadang kami refleksi kami lebih merupakan pelarian dari kenyataan itu; atas watak kami yang tidak disiplin dalam mengurus Gereja ini secara professional. Kami, pada saat yang berbahagia ini mohon maaf kepada umat atas kegagalan kami menjadi Gereja yang menderita bersama umat.

3.3.Karena yakin bahwa Gambaran dunia penuh kekerasan sebagaimana yang disebutkan di atas “mengganggu Tuhan”. Tuhan juga resah melihat keadaan kita seperti itu.

3.4. Kadang kita tidak menyadari bahwa (Kristus) mengutus Gereja kita ke dunia seperti yang telah kita gambarkan di atas (butir 1). Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia (Yohanes 17:16; 18) supaya bercahaya di antara mereka/di dunia seperti bintang di dunia (Pilipi 2:15). Ia mengutus kita ke dunia penuh kekerasan tadi. Di sana seharusnya kita berdiri. Tidak di tempat lain, untuk memancarkan sinarNy dan bercahaya seperti bintang di dunia dalam kegelapan seperti itu (Pilip 2:15).

3.4. Pada hari ini, kita melihat kekerasan yang dialami umat dan siasat Umat memperjuangkan impian “jaman baru” tadi sebagai “Tanda-tanda jaman” sebagaimana yang disampaikan oleh Kristus dalam Matius 16:2-3. Keadaan di atas adalah “lonceng peringatan dari Kristus untuk kita sebagai umat dan Gereja berjaga dan berganti kaset. Atau berubah menjadi kuat. Dalam hal apa, kita berubah menjadi kuat? Orientasi dan peri laku kita dalam terang kondisi-kondisi di atas yang kita sebutk sebagai “tanda-tanda jaman” tadi. Sebagai Gereja, keadaan di atas menantang kita untuk merumuskan kembali visi dan misi gereja kita dan nilai-nilai serta pesan-pesan yang kita sampaikan kepada amat agar kita: baik warga maupun pemimpin Gereja bisa penuhi amanat Kristus untuk menjadi surat Kristus atau bercahya dalam kegelapan kekerasan tadi.

4. Kenyataan Papua Penuh Kekerasan, Impian Tuhan Bagi UmatNya: Visi dan Misi Gereja Kingmi
Pada hari yang penting ini, kita sebagai Gereja dan umat bertanya: Di mana Tuhan, saat kita, umatNYa, bangsa Papua terus menerus dikondisikan hidup dalam dunia penuh kekerasan dan penderitaan yang diciptakan para pihak di Tanah Papua? Di mana Tuhan saat umat kita berhadapan dengan warga yang terus memperjuangkan impian masa depan “yang baik” terbebas dari dunia penuh penderitaan tadi? Apakah ada masa depan? Bagaimana masa depan itu dihadirkan? Pertanyaan ini menantang kita untuk kita renungkan bersama saat kita merayakan 50 tahun Gereja KIngmi berkarya di Tanah ini? Mari kita bertanya: jangan-jangan Gereja kita secara teologis ikut bermain mendukung kondisi social tadi? Dari pengamatan kita, jawabannya ternyata ya. Tetapi pertanyaannya kemudian: Bagaimana caranya Gereja kita mendukung dan menyuburkan kondisi tsb? Bagaimana kita bisa perbaiki/berpindah posisi?
Sekali lagi, pengamatan umum menyatakan bahwa Gereja kita ikut bermain mendukung kondisi demikian, dengan menerima dunia penuh kekerasan ini sebagai (a) hukuman atas dosa bangsa Papua; (b) atau melihat kondisi demikian sebagai sesuatu yang dikehendaki Tuhan.

Saya kira Gereja kita dengan pandangan demikian ikut bertanggung jawab memberi sumbangan agar kekerasan terus terpelihara di Tanah ini. Pemahaman gereja kita yang demikian menyebabkan banyak warga jemaat kita menolak Gereja kita sehingga terlibat aktif dalam memperjuangkan “jaman bahagia” yang dipromosikan perintis gerakan-gerakan agama baru di Tanah ini. Apakah yang bisa kita lakukan sekarang?

Salah satu cara kita “berubah untuk menjadi kuat” ialah: mencari jejak kaki Tuhan dalam pengalaman bangsa Israel (Alkitab) atau sejarah Gereja. Dengan mata tertuju kepada Tuhan (Iberani 12:2) kita mencari pikiran Tuhan tentang umatNya yang hidup dalam dunia penuh kekerasan dan penderitaan seperti itu.
• Dari Alkitab (Keluaran 3:7-9) kita belajar 2 hal penting. Pertama, Tuhan sendiri amat terganggu oleh program peguasa/ Firaun yang menindas umatNya dan budaya pembungkaman. Tuhan menghendaki umatNya terbebas dari dunia penuh kekerasan yang dikondisikan penguasa dunia dan budaya ketidak-berdayaan yang tercipta didalamnya. Sehingga ia mengambil langkah untuk mengutus Musa yang membebaskan umatNya. Kedua, ia memimpin umatnya ke luar dari negeri perbudakan ke Tanah yang dijanjikanNya. (Keluaran ???)
• Kita juga bisa membaca janji Tuhan akan masa depan yang penuh bahagia kepada umatNya yang dalam masa pengasingan. Tuhan tidak menghendaki umatNya hidup dalam pembuangan selama-lamanya sehingga menjanjikan (Yesaya 48: 18;yermia 31:12).
Berangkat dari Firman Tuhan seperti itu, kita bisa mengatakan bahwa kekuasaan Firaun-Firaun dan penguasa dunia yang merekayasa kekerasan dan tidak akan bertahan di dunia termasuk di Tanah Papua. Dengan iman dan pengharapan seperti itu, kita mengangkat Visi Gereja Kingmi di Tanah Papua: terwujudnya Kerajaan Allah di bumi yang terlihat dengan Papua Damai Sejarahtera (sebagaimana yang terdapat dalam Mars Gereja Kingmi di Tanah Papua.

5.Misi Kita Mewujudkan Impian “Papua Papua Damai Sejahtera”: Menjadi Gereja Penabur Benih (Mazmur 126: 5,6)
Untuk mewujudkan Visi tadi dalam 50 tahun ke depan kita bertekad untuk mempromosikan/menyebarkan nilai dan tema berikut berikut dalam pewartaan dengan mata tertuju kepada Kristus (iberani 12:2).

5.1.Membaca “tanda-tanda jaman” dalam hidup dan pelayanan (Matius 16:2-3)

5.2.: Menjaga dan melindungi harkat dan martabat manusia, “oleh karena engkau berharga dan mulia”. (Yesaya 43:4) menjaga agar cahaya Tuhan yang telah Tuhan tempatkan dalam setiap diri manusia tetap bersinar (2Korintus 4:6) tanpa memperhatikan gender (jenis kelamin, etnis, usia dan pengalaman).

5.3. Memelihara keutuhan Keluarga “setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan (Matius 12:25, Markus 3:25 dan Lukas 11:17)

5.4. Bekerja, dirikan rumah, bangun rumah dan usahakan kesejahteraan kota (Yermia 29:5-8, Amsal 6: 6-12).

5.5. Melayani Yesus dengan melayani orang-orang miskin, yatim piyatu, dan janda (Matius 25:35-36,40,42-43, 45 )

5.6. Pembinaan anak-anak “Biarkan anak-anak datang kepada Kristus” (Matius 19:14, Lukas 18:16)

5.7. Penyangkalan diri dan pengorbanan. Belajar dari Kristus yang “walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan melainkan … mengambil rupa seorang hamba… (Filipi 2:5-8)

Apabila kita bisa mendoakan, merenungkan dan mempraktekkan dengan doa dan bekerja keras melaksanakan “semua pokok yang telah kita sebutkan di atas”, kita secara otomatis telah menjadi Gereja yang menabur benih (Mazmur 126:5-6) kemajuan dan damai sejarahtera bagi Tanah Papua pada masa depan. Nilai-nilai dan Firman Tuhan di atas bisa kita sebut sebagai “surat jalan” menuju terwujudnya “Papua Damai sejahtera” yang kita nyanyikan dalam lagu Mars Sinode Gereja Kingmi di Tanah Papua.

6.Peran Keluarga dan Pergurun Tinggi
6.1.Dalam suasana umat yang demikian, lembaga pendidikan teologi kita amat penting dalam pembinaan generasi baru. Sejak Gereja Kingmi di bentuk 6 April 1961 dan diresmikan dalam KOnprensi 6 April 1962 di Bomou, Sekolah teologi telah memainkan peran sebagai alat penyiaran injil dan pertumbuhan jemaat di lingkungan Gereja Kingmi di Tanah Papua. Ke depan, menyikapi tanda-tanda jaman tadi dalam rangka mewujudkan Visi Penginjilan baru tadi, Sekolah Teologi kita “berubah untuk menjadi kuat”.
Pendidikan dalam konteks demikian dua arah. (6.1.) Ia tidak boleh tinggal abtrak, tidak semata-mata pergi ke daerah-daerah yang jauh terpencil, tetapi membuka diri dan berkomunikasi dengan dunia intelektual dan akademisi Papua/dunia luar. Sehingga Sekolah Teologi kita bisa membantu Sinode Kingmi di Tanah Papua menghadirkan Kekristenan dalam wacana intelektual di Tanah Papua maupun di luar Papua. (6.2.) Tetapi pada saat yang sama kita Sekolah Teologi dan para guru kader pelayanan umat, mulai sekarang dan seterusnya: menerima pengutusan dari Tuhan untuk terjun di tengah-tengah umat di dunia penuh kekerasan tadi dan “mengangkat suluh tinggi” seperti tertuang dalam Ny KI No. ) di sana dengan sambil aktif mempromosikan nilai-nilai tadi (butir 6).
Agar bisa bercahaya di dunia di tengah-tengah umat, ke depan pembinaan pendidikan Teologi kita akan memusatkan pada 3 aspek penting:
(a) Peningkatan pengetahuan para kader pelayan/pemimpin Gereja kita ke depan
(b) Peningkatan ketrampilan: administrasi keuangan dan kepemimpinan serta penguasaan teknologi informasi
(c) Pembentukan karakter dan sikap: agar pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh disekolah dipakai sebaik-baiknya dalam kerendahan hati untuk melayani Tuhan.

Tetapi bagaimana dengan pembentukan watak di dalam tubuh /di lingkungan Gereja? Kita serius mengedepankan metode pembinaan: diskusi kristis dan pelatihan-pelatihan dalam lewat Pendidikan formal. Mendorong keluarga mengambil peran dan tanggung jawab dan lembaga seperti Sekolah Minggu untuk pembentukan rohani generasi muda. Ini berarti peningkatan pembinaan terhadap keluarga dan para Pembina Sekolah Minggu.

7. Dengan Bercermin kepada Pengalaman Membangun Gereja 50 Tahun Silam
Pada kesempatan ini, sebagai Badan Pengurus Sinode saya mengajak umat dan para pemimpin Gereja Kingmi untuk ke melihat depan dengan iman bahwa Gereja/komunitas dan jemaat-jemaat yang berkualitas akan kita wujudkan bersama Tuhan. Ini kita katakan dengan melihat ke belakang: 50 tahun generasi tua Gereja kita berkarya di Tanah ini. Kita yakin kita bisa wujudkan impian ini, karena para penyiar injil pada generasi lalu telah menunjukkan kita contoh, dengan meninggalkan jejak yang bisa kita ikuti. Pengalaman mereka melaksanakan amanat Kristus dalam kesusahan dan penderitaan, bisa menjadi pendorong bagi generasi kita. Kita mengakui karya mereka pada hari ini. Dengan pengalaman seperti itu, dan dengan mata tertuju kepada Kristus (iberani 12:2) pada hari ini saya nyatakan Papua Damai Sejahtera akan kita wujudkan dengan bekerja sama dengan Gereja-Gereja lain di Tanah Papua, masyarakat sipil Papua dan dimana saja.

8.Pencanangan Penginjilan baru/Penginjilan Jilid 2
Didorong semangat itu dalam perayaan ini amat penting kita telah mencanangkan Pencanangan Penginjilan Baru ini dengan menanam pohon /mendirikan sebuah tugu di Kampus STT Walter Post di Pos 7 jayapura. Demikian juga dalam ibadah para pelayan dalam generasi tua akan menyerahkan estafet pelayanan kepada generasi/para pelayan muda: yang dalam 50 tahun ke depan akan melanjutkan pelayanan memperjuangkan Visi Penginjilan Baru: hadirkan Kerajaan Allah yang terwujud Papua Damai Sejahtera


8.Eba Mukai, Akreditasi dan Harapan
Walaupun mempunyai impian yang besar seperti itu terkait Peran STT pada masa depan, hari ini kita berhadapan dengan kenyataan: STT kita terancam ditutup bulan Mei 2012 karena keterbatasan sarana yang kita harus penuhi untuk Akreditasi tahun ini. Fasilitas yang kita butuhkan adalah sbb:

• 4 ruang kuliah yang masih harus dibangun)
• 4 rumah dosen yang harus dibangun (Tahun ini BP Sinode telah mengangkat 2 tenaga dosen full time dan beasiswa kepada 2 mahasiswa S2 lagi dalam rangka AKreditasi.
• Aula STT yang sebentar lagi akan roboh
• 1 gedung untuk ruang dosen Prodi (Program Studi)
• Fasilitas ac/ mesin pendingin untuk Perpustakaan,

Kita membutuhkan dana emergency/darurat sekitar Rp. 2.milirar lebih. Untuk memenuhi kebutuhan tsb seluruh Koordinator/Klasis /jemaat pada hari ini akan mengadakan eba mukai (aksi dana) selain dari pengumpulan kolekte biasa pada tanggal 6 April. Seluruh dana dari eba mukai ini dipakai untuk memenuhi kebutuhan Akreditasi di atas.

9.Agenda Rekonsiliasi Dalam Peryaan Yubelium: Baik dengan Internal Pengurus Sinode Maupun Dengan GKII
Dalam banyak kesempatan warga jemaat dan pimpinan Gereja di lingkungan Sinode Kingmi mengusulkan agar dalam perayaan Yubelium ini kita berdamai/berekonsiliasi: baik secara Internal BP Sinode maupun dengan pihak GKII. Terhadap usulan dan wacana ini kami sampaikan sebagai berikut.

9.1. Rekonsilisasi dengan pihak GKII kita memperhatikan beberapa hal berikut.

9.1.1. Rekonsiliasi dengan pihak GKII sebagaimana yang disebutkan diatas adalah usulan dan niat kita. Sejak awal kita telah mengusulkan itu. Tetapi kami sambut semangat umat yang mengusulkan agenda ini sebagai agenda dari Tuhan Maha penyayang. Namun ini tidak berarti bahwa pihak sana (GKII) akan menyetujui usulan ini. Ketua Sinode sendiri dalam kerja sama dengan pihak Kemerinterian Agama pada awal Maret 2011 telah menyampaikan “ niat atau usulan yang sama”. Tetapi tidak ada perkembangan dari pihak sana. Jawaban mereka (yang kita terima lewat Kementerian Agama Provinsi Papua pada akhir Maret 2011) mundur ke belakang. Artinya di sini, usulan kita belum tentu disikapi seperti yang kita harapkan. Tetapi, Puji Tuhan, kalau mereka terima tawaran kita.

9.1.2.hal kedua yang perlu kita ingat ialah: kalau mereka bersedia berdamai: apakah mereka setuju dengan apa yang kita inginkan dan diinginkan oleh Keputusan KOnas GKII Maret 2006: bahwa Sinode Kingmi Papua adalah GKII Wilayah Papua sebelum KONas). Apakah mereka/ pihak GKII Wilayah Papua setuju dengan kita di situ?

9.1.3. Atau kalau memang mereka setuju berdamai dengan kita tetapi dengan pengertian dan syarat lain? Seperti halnya:, bagi asset (lantai 2 dipakai GKII) dan Sinode Kingmi menggunakan lantai 1; seperti yang diusulkan akhir bulan Maret 2011oleh Ketua BPP GKII kepada Kementerian Agama Provinisi Papua terhadap usulan dari BP Sinode pada awal Maret 2011. Usulan mereka di sini berdamai ini, saya anggap suatu kemunduran karena usulan ini datang setelah putusan Mahkamah Agung turun Januari 2011.

9.1.4. Mungkin mereka meminta kita berdamai dalam arti koeksistensi: dalam arti saling mengakui keberadaan masing-masing. Kingmi silahkan mengembangkan diri di tanah demikian juga GKII. Tidak saling memaksa dan mengusik. Silahkan membuka jemaat dan laksanakan apa saja di kota kabupaten dan kota atau Provinsi dengan kekecualian di tingkat kecamatan. Apabila berniat membuka jemaat di luar kota kabupaten/kota di mana mayoritas GKII, pihak Kingmi harus meminta ijin/berkoordinasi dengan pihak GKII; sebaliknya apabila pihak GKII yang ingin membuka jemaat di daerah yang mayoritas Kingmi, maka pihak GKII meminta ijin dari pihak Kingmi; terkecuali jemaat-jemaat yang telah ada sebelumnya. Seperti misalnya pos Kingmi di Bomomani.
Saya mengusulkan agar kita, pihak Kingmi menyetujui usul terakhir ini dan menawarkan opsi/kemungkinan ini.

9.2. Terhadap Rekonsiliasi Internal dengan BP Sinode kami sampaikan beberapa hal sbb:

9.2.1.Masalah kita dalam internal BPS berhubungan dengan asas dan ajaran Gereja. Tidak lain. Sehingga rekonsiliasi dengan internal BPS tidak akan terjadi kalau Badan Pengurus Sinode belum menerima rekomendasi dari Klasis Kota dan vervikasi bahwa yang bersangkutan telah kembali mempraktekkan ajaran dan cara ibadah Gereja Kingmi Papua; yang dibuktikan oleh Tim yang ditunjuk untuk itu.
10. Pemberkatan Nikah Masal dan Hamba Tuhan yang kena disiplin
Anak-anak dari banyak warga jemaat kita yang telah bertahun-tahun hidup bersama tanpa ada suatu ikatan nikah yang disahkan Gereja, kadang menjadi korban. Mereka tidak bisa mengurus akte lahir, dan tidak bisa mendapat tunjangan, dll. Belum lagi masalah psikologis yang mereka hadapi. Selain itu, hidup dalam keadaan demikian sebagai pelanggaran terhadap aturan TUhan. Oleh karena itu, dalam rangka perayaan YUbelium ini, kita melaksanakan ibadah Pemberkatan Nikah Masal sebelum ibadah perayaan 6 April. Surat Pemberkatan NIkah.
Demikian juga hamba Tuhan yang tengah menjalani didisiplin, disiplin mereka ditinjau kembali. Mereka diberi pelayanan kembali dengan memperhatikan peri laku dan hidupnya selama ia menjalani masa disiplin.

11. Retreat Sinode Kingmi Papua 4-6; 7-10 April 2012
Sebelum Acara Ibadah tanggal 6 April, Sinode akan menyelenggarakan Retreat/Seminar dengan Judul: “Bagaimana Mewujudkan Visi Penginjilan baru: Papua Damai Sejahtera”.
Beberapa tema yang akan kita bahas di sana dalam seminar ini masing-masing:
• Penginjilan baru (Penginjilan Jilid dua)
• Bagaimana Membuat Program
• Eknomi Jemaat/Koperasi dan Penanaman Kopi
• Pemekaran Klasis: Mengapa dan Bagaimana
• Pembinaan Keluarga Sebagai Lembaga Mweujudkan Penginjilan baru
• Peran Sekolah Teologi
• Pembinaan Kaum Muda (Retreat Akbar di 3 Koordinator Paniai, Dogiay, Deiyai: Masih Relevankah Retreat Akbar?)
Lalu disusul dengan kegiatan pertemuan pada tanggal 8-10 April dikhususkan untuk Rapat Tekhnis Badan Pengurus Sinode, Koordiantor, Badan Pengurus Klasis dan Ketua-Ketua Sekolah dan Yayasan. Oleh karena itu kami mengundang seluruh Koordinator, Badan Klasis (Ketua, Sekretaris dan Bendahara) Ketua Sekolah, para dosen, dll untuk menghadiri pertemuan ini.

Akhir kata kami mengucapkan selamat merayakan 50 tahun Gereja Kingmi Berkarya di Tanah Papua.

Jayapura, 6 April 2012

Ketua Sinode Kingmi di Tanah Papua



Pdt. Dr. Benny Giay